Minggu, 23 November 2008

bersujudlah!!!


The picture taken from here

hmm...masa futur itu datang lagi...masa yang paling tidak kusukai. sedikit sekali rasanya aku mengingat Allah, semuanya hanya dunia. bahkan aku lebih takut telat masuk Lab dibandingkan telat sholat. entah kenapa perasaan rindu itu tiba-tiba menyeruak tak tertahankan. ingin rasanya menangis, tapi kenapa??? Aku juga tak tahu kenapa?


Di malam yang kelam dan sunyi, Aku memutuskan melepaskan rindu yang tak terdefenisikan ini. tapi dengan apa? bagaimana?


Akhirnya Aku mencoba untuk bersujud! Sub'hanallah...bulir-bulir air mata mengucur deras dari mataku! Rindu itu semakin menyeruak tapi membuat hati ini sangat tenang.


Ya Allah...jangan hilangkan rasa rindu ini dari Hamba...
Ya Allah...Biarkan hamba senantiasa menikmati sujud ini dengan tetesan air mata...

Rabu, 12 November 2008

cerpenq

taken from here


Sepeda Onthel pembawa berkah
Oleh: A.Buanasari

Brukk!!!Tubuh mungil Nia terpental setelah seorang pengendara sepeda menabraknya, sialnya lagi, sekarang bajunya penuh dengan Lumpur. Sontak Nia mengarahkan pandangan kearah pemuda yang baru saja menabraknya. Maksudnya sih Nia langsung pengen ngebentak, tapi…
Oh my Good! Ini manusia apa Alien sih? Dandanan super kuno, kacamata pantat botol plus sepeda onthel lagi! Batinnya.
“eh punya mata ngga sih? Sekarang liat baju aku semuanya penuh Lumpur “
Bentak Nia dengan wajah yang memerah karena kesal. “maaf mba’ saya benar-benar ngga sengaja, saya buru-buru”jelas pemuda itu dengan terbata-bata.
“itu bukan urusan aku ya! Pokoknya gara-gara kamu sekarang aku ngga bisa ikut audisi”
“sekali lagi saya minta maaf mba”pemuda itu terus membungkuk, bak pelayan yang menjawab pertanyaan majikannya.
Dengan wajah yang masih kesal, Nia berlalu meninggalkan pemuda yang disebutnya sebagai alien itu.
***
Pagi ini masih sama seperti biasanya, Nia bangun pukul setengah enam pagi dan langsung menuju kamar mandi untuk bersiap-bersiap ke sekolah. hanya saja, wajahnya hari ini selalu saja manyum. Bahkan sampai dimeja makan pun, wajah Nia tak berubah rautnya, dia hanya memandangi makanan yang ada di depannya tanpa menyentuhnya sedikitpun.
“Gimana nih! Pasti bentar endy sama Luna nanyain tentang audisi kemarin. Aku kan malu kalau mereka tahu ternyata aku ngga ikut. Gara-gara sepeda onthel itu sih!” Nia terus saja mengumpat, dan tak bisa menghilangkan sisa-sisa kekesalannya kemarin. Dan benar saja, belum lagi Nia masuk ke gerbang sekolah, kedua teman barunya, Luna langsung menghampiri Nia dan menanyakan tentang audisinya.
“Gimana? Menang kan?” Tanya Luna dengan penuh antusias
“menang gimana! Ikut aja ngga” jawab Nia sambil terus menggerutu.
“ha!!!kamu ngga ikut? bukannya kemarin kamu bolos sekolah gara-gara audisi dance itu kan?” Endy pun ikut nimbrung dalam percakapan itu.
“iya! Tapi waktu perjalanan ke tempat audisi aku ditabrak sama UFO” terang Nia.
“Ah..yang benar kamu!masa ada UFO sih?” luna pun memperlihatkan sisi kebloonannya.
“aduh…UFO itu hanya perumpamaan, maksud aku kemarin yang nabrak tu Alien sama UFOnya alias sepeda onthelnya”Nia menjawab sambil memukulkan tangannya ke kepala, sementara Endy hanya bisa menahan tawa.
“pokoknya aku ngga akan maafin orang itu, audisi ini kan kesempatan langka”
Belum lagi mereka selesai bercakap-cakap, bel sekolah tanda pelajaran akan dimulai sudah berbunyi, mengisyaratkan agar semua anak-anak masuk ke kelasnya. Raut wajah Nia yang kesal tetap tidak berubah walaupun sudah berada dalam kelas. Tak satupun pelajaran yang ditangkap otaknya hari ini, semua masuk tetlinga kanan dan keluar telinga kiri. Batinnya terus saja memaki pengemudi sepeda onthel kemarin.
Walaupun Nia baru satu minggu disekolah barunya itu, tapi dia tidak mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan teman-teman barunya. Maklum, Nia memang dikenal sebagai Mrs.gaul disekolahnya yang lama di Bogor. Tapi karena papanya dipindah tugaskan ke Makassar, mau tidak mau dia juga harus ikut pindah ke Makassar. Awalnya, Nia sama sekali tidak suka dengan sekolah barunya di SMAN 6 Makassar. Selain agak jauh dari pusat kota, untuk menjangkaunya pun harus menggunakan sarana transportasi yang agak ajaib, “oplet” ya, selain ojek, cuma opletlah yang mendapatkan hak istimewa untuk masuk ke area SMAN 6. Bayangin aja kalau Nia, si Mrs.Gaul, harus ke sekolah dengan oplet! Apa kata Dunia?. Tapi Nia tidak punya pilihan lain, hanya itulah satu-satunya sekolah Negeri yang mau menerimanya. Untung saja ada Mang Ujang yang setiap hari mengantar Nia kesekolah dengan mobil pribadi.
***
“Nia! Ke kantin yuk…” dengan gayanya yang super centil, Luna menghampiri Nia sambil terus memainkan rambutnya.
“malas Ah!”
“ayolah…masih mikirin masalah audisi kemarin ya! Kan masih ada kesempatan lain” Endy pun datang dan ikut memaksa Nia ke kantin.
“iya, tahun depan!”jawab Nia dengan ketus
“Ayo dong Ni…biarpun kamu duduk disini sampai kiamat, itu ngga akan merubah apa-apa”
Akhirnya Nia pun mengiyakan ajakan kedua temannya, dengan bibir yang masih maju lima centimeter, Nia mengikuti kedua temannya menuju ke kantin.
“Bu! Baksonya tiga ya!” teriak Nia pada ibu kantin sambil mengacungkan ke tiga jarinya. Mereka bertiga pun duduk dengan santainya sambil bercanda, bahkan, kali ini tak Nampak lagi bibir manyum Nia yang dari tadi dipamerkannya itu. Tapi ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Seorang cowok terjatuh pas disamping meja Nia, dan yang lebih sial lagi, minuman fanta yang dibawa oleh orang terisebut tumpah dan mengenai seragam Nia yang putih bersih. Wajah Nia kembali memerah. Dengan kesal, Nia berdiri dari tempat duduknya dan siap melancarkan serangan.
“oh my God…...Alien!!!” teriak Nia dengan bola mata yang hampir keluar, dia sama sekali tak menyangka akan bertemu orang itu lagi. Ya, seseorang yang membuat impian Nia untuk menjadi seorang Dancer hancur berkeping-keping.
“kamu ngga bosan ya gangguin hidup Aku! ngga di luar, ngga disini, kamu tuh selalu ngacauin hidup aku” Sambil bertolak pinggang, Nia mengeluarkan suara macannya.
“maaf ya!saya sama sekali tidak sengaja” Fikri cepat-cepat berdiri dan membetulkan posisi kacamatanya.
“kamu cewe yang kemarin kan?” Fikri terlihat kaget dan terbata-bata.
“iya!kanapa? akhirnya kamu sadar kan kalau kamu memang pembawa sial buat aku” kemarahan Nia semakin menjadi-jadi, sekarang Nia persis seperti harimau yang siap menerkam sang musang.
“maaf ya!Saya memang ceroboh, tapi Saya sama sekali ngga bermaksud buat kamu sial terus” Fikri memelas dan terus memegangi lututnya yang sakit.
“udah deh…mending sekarang kamu nyingkir dari hadapan aku, sebelum kesialan lain menimpaku lagi” siswa-siswi lain yang mendengar pertengkaran itu pun terus berkerumun. Bagaimana tidak! Volume sound system Nia sekarang lagi oke-okenya.
“sekali lagi maaf ya! Saya benar-benar tidak sengaja” Fikri kemudian berlalu dengan wajah yang masih meringis kesakitan, sepertinya tangannya terluka akibat jatuh tadi.
“jadi yang kamu maksud sebagai Alien itu Fikri!” Tanya luna yang dari tadi hanya bisa bengong menyaksikan keganasan Nia.
“iya! Si Alien pembawa sial”jawab Nia diiringi dengan wajah ketusnya.
“dia itu bukan pembawa sial kali, asal kamu tahu Ni, Fikri itu sisiwa teladan disini, dia itu ketua Rohis lho!”Endy menimpali.
“Mau ketua Rohis kek, ketua geng kek, Aku ngga perduli, pokoknya Aku ngga bakalan tinggal diam dengan semua ini”
“maksudnya kamu pengen balas dendam?”
Nia sama sekali tak menjawab pertanyaan Luna, dia hanya tersenyum sinis dan kembali kekelas. Akhirnya tak ada lagi acara makan bakso bersama siang itu. Semua hancur berantakan gara-gara kemunculan si Alien, ups...maksudnya Fikri!
***
Siang ini, matahari sungguh tak bersahabat, radiasi panas yang dipancarkannya serasa memanggang mahkluk bumi hidup-hidup. Sepertinya lapisan Ozon diatas sana semakin tipis saja. Dengan malas Nia melangkahkan kakinya ke gerbang sekolah untuk menunggu mang Ujang, sopir yang selama ini setia mengantar dan menjemput Nia di sekolah. Belum lagi sampai di gerbang, mata Nia tertuju pada sebuah sepeda onthel yang terparkir di bawah pohon. Tanpa butuh peralatan detektif, Nia langsung tahu bahwa sepeda itu adalah milik Fikri. Sepertinya Bisikan setan mulai menyeruak di telinganya. Sekarang sama sekali tak terdengar suara peri yang membisikkan kebaikan. Bak maling yang mengendap-ngendap, Nia mendekati sepeda onthel itu dan Puss….satu sentuhan saja, ban sepeda itu mulai mengeluarkan Angin dan kempes.
Tanpa rasa bersalah, senyum Nia mengembang memperlihatkan kepuasan. Nia pun cepat-cepat menuju mobil jemputannya sebelum orang lain melihat perbuatan terkutuknya.
Sementara itu, Fikri yang biasanya pulang dengan menunggangi sepeda onthel perkasa kesayangannya, sekarang harus jalan kaki sambil membawa sepedanya. Belum lagi matahari yang sangat terik, hampir membuat Fikri pingsan kehausan.
“Akh, sepertiya sepeda ini sudah tua dan butuh pensiun” Gumam Fikri dalam hati sambil terus menyeka peluh yang dari tadi bercucuran diwajahnya. Agaknya Fikri sama sekali tak tahu kalau yang mengempeskan ban sepedanya adalah Nia, sang Harimau dari kota hujan!

***
Akhirnya malam minggu pun tiba, Its time to party!!! Nia pun sibuk memilah-milah pakaian yang hendak dikenakannya malam ini. Biasanya Luna dan Endy selalu menjadi bagian dari pesta itu, tapi mala ini, sepertinya Nia harus berangkat sendiri. Kedua sahabatnya itu ternyata punya agenda keluarga yang tak bisa ditinggalkan. Walaupun tanpa Luna dan endy, Nia tetap bersemangat menyambut week end ini. Dengan stelan gaun merah yang super mini, Nia menstater mobilnya dan siap untuk berpesta.
Lagi-lagi nasib baik ternyata tak berpihak pada Nia, padahal saat itu, fikri sama sekali tidak berada di dekat Nia kok! belum sampai di tujuan, mobilnya mendadak cengeng dan akhirnya mogok di tengah jalan. Keganasan dan keberanian Nia yang selalu diperihatkannya saat sedang menghadapai Fikri, sekarang minggat tak berjejak. Bagaimana tidak, sekarang mobilnya mogok di daerah yang sama sekali tak berpenghuni. Belum lagi daerah itu terkenal sebagai daerah yang rawan kejahatan. Nia melihat ke kaca spion dan alangkah kegetnya dia ketika melihat denga samar-samar, seorang laki-laki sedang memperhatikan mobilnya dari belakang. Nia tak berani lagi untuk melihat lebih jelas, dia hanya duduk diam di mobilnya dengan menutup mata sambil mulutnya terus komat-kamit membaca Al-Fatihah, satu-satunya surat yang dihapalnya, itu pun karena waktu liburan dikampung dia dipaksa oleh nenekna untuk menghapal Al-Fatihah.
Kini jantung Nia hampir rontok karena takut. Langkah kaki orang itu semakin jelas mendekati mobil Nia, nia terus mengulangi bacaan fatihahnya sambil terus menutup mata. Tok..tok…!si lelaki misterius kemudian mengetuk kaca mobil Nia. Sekarang, Nia benar-benar ketakutan, Nia menahan nafasnya sejenak sebelum memberanikan diri untuk membuka mata.
“Nia kan?” Nia terperanjat melihat sosok yang berdiri di hadapannya sekarang.
“Fikri!!! Kamu emang seneng ya bikin Aku takut” teriak Nia dengan wajah yang masih diliputi rasa takut, dan tentu saja masih dengan topeng keganasan yang selalu dikenakannya saat menghadapi Fikri. Tapi sekarang, Nia agak lega dengan kedatangan Fikri. Ya, walaupun kedatangan Fikri saat itu tidak diundang dan tak diharapkan, tapi paling tidak yang menemukannya terlantar dipinggir jalan adalah orang yang dikenalnya. Coba yang tadi orang lain, mungkin Nia udah pipis di celana karena tak sanggup menahan rasa takut.
“mobilnya mogok ya?, kalau kamu ngga keberatan Saya bisa nganterin kamu pulang!” Fikri mencoba menawarkan bantuan.
“ngga usah! Aku sama sekali ngga sudi pulang sama kamu, apa lagi harus numpang di sepeda onthel kamu!” tolak Nia dengan ketus.
“Tapi kamu kan cewe’!ngga baik cewe di tengah jalan sendirian di malam hari kayak gini. Apa lagi disini kan daerah rawan kejahatan Ni!” Fikri mencoba membujuk.
“Ah...bilang aja kamu mau cari kesempatan dalam kesempitan kan?” Nia memasang wajah curiganya. Sebenarnya Fikri sama sekali tak punya niat apa-apa terhadp Nia, coba saja Fikri dari kecil tidak diajari tentang tolong menolong, Dia juga ogah buat nolongin si harimau betina. Apa lagi Fikri paling anti sama yang namanya berdua-duaan (Anti kuman... kali).
Tapi akhirnya Nia nyerah juga! Walau bagaimanapun ganasnya seorang Nia, tetap saja dia ketakutan kalau harus sendirian di tengah jalan yang sepi kayak gini. Dengan berat hati Nia pun ikut pulang dengan Fikri, dan tentu saja dibonceng dengan sepeda onthelnya. “Ya tuhan…ternyata sepeda onthel inilah yang menolongku disaat mobil canggihku tak bisa berbuat apa-apa, padahal kemarin Aku udah jahat banget sama ni sepeda” Gumam Nia dalam Hati sambil mangusap sadel sepeda onthel milik Fikri. Tapi ada satu hal yang membuat Nia merasa heran, Dia tak pernah menyangka akan merasa nyaman duduk di sepeda onthel yang dibawa Fikri. Ada perasaan Aneh yang menyergapnya. ya, perasaan yang tak pernah dia rasakan sebelumnya. “oh Tuhan…perasaan Apa ini? Apa mungkin ini yang dinamakan cinta?” Nia tak sanggup menyembunyikan perasaannya, sampai-sampai, sekarang dia nyengar-nyengir sendiri kayak orang gila. “Akh, tapi tidak! Masa sih Aku jatuh Cinta sama orang kayak gini, kayak ngga ada cowok lain aja!” Nia mencoba mencoba meyakinkan perasaannya.

***
Dering weker membangunkan Nia dari tidurnya. Dia pun melakukan aktivitas rutinnya sebelum beranjak dari tempat tidur. Menggeliat-geliat beberapa menit, lalu melakukan sit-up sebentar. Suara petir diluar sana menyambar-nyambar, langit pun tak kuasa menahan beratnya Awan hitam, hingga Akhirnya berjatuhanlah tetesan-tetesan air dari atas sana. Hujan-hujan kayak gini, emang yang paling enak dilakukan adalah tidur. Tapi tidak bagi Nia, hari ini dia sangat bersemangat untuk kesekolah. Dari semalam dia sama sekali tak bisa tidur dengan tenang untuk menuggu hari ini tiba. Memang benar kata pepatah, kalau jarak benci dan Cinta itu hanya setipis kulit bawang. Buktinya, Rasa benci Nia pada Fikri mendadak berubah menjadi rasa Cinta dan sayang.
Sejak kejadian malam itu, sikap Nia ke Fikri memang berubah 180 derajat. Walaupun malam itu, yang datang untuk menolong Nia bukanlah seorang pangeran berkuda putih, tapi setidaknya, kedatangan Fikri dan si sepeda onthel sudah cukup mewakili semuanya. Tapi Nia bingung bagaimana caranya menaklukkan hati Fikri. Masalahnya Fikri tak pernah memberikan sinyal lampu hijau pada Nia. Setiap Nia mengajaknya untuk jalan bareng, Fikri selalu menolak dengan alasan yang tidak jelas, dia hanya bilang “Tidak baik perempuan dan laki-laki yang bukan muhrim berduaan!” Nia semakin tidak mengerti, dia tidak mengerti apa itu muhrim, dan bagaimana hukumnya dalam islam.
Nia terus melangkahkan kaki menuju ke gerbangng sekolah, dengan wajah yang berseri-seri dan bibir yang terus menebar senyum, sangat jelas hari ini adalah hari yang istimewa bagi Nia. Hari ini dia memang berencana untuk menyatakan semua isi hatinya pada Fikri.
“Fikri!! Tunggu” teriak Nia. Fikri yang tadi hendak memarkir sepedanya menghentikan langkahnya mendengar teriakan Nia.
“Ada apa Ni?” sambil terus menunduk, Fikri menjawab sapaan Nia
“Aku mau ngomong sesuatu! Sebelumnya, Aku minta maaf ya! selama ini Aku udah jahat dan galak sama kamu. Tapi sekarang Aku sadar itu salah. Dan asal kamu tahu, sejak kamu nolong Aku malam itu, Aku merasakan perasaan Aneh yang tak pernah kurasakan sebelumnya. Dan Aku yakin kalau itu Cinta. Dan Aku harap kamu juga merasakan hal yang sama sepertiku” jelas Nia dengan sangat Antusias.
“Jangan terlalu yakin dengan perasaan kamu, karena sangat sulit membedakan antara suara hati dan nafsu” jawab Fikri sambil terus mengulum senyum. Tanpa berkata apa-apa lagi fikri mengambil sebuah bingkisan kecil dari dalam tasnya dan menyerahkan bungkusan itu pada Nia. Nia hanya bisa terdiam dan berdiri kayak patung. Lidahnya kelu dan tak bisa berkata apapun. Fikri pun meninggalkan Nia tanpa memberi jawaban pasti.
Sampai di kelas, Nia membuka bingkisan kecil yang di berikan Fikri, walaupun dia masih bingung dengan sikap Fikri tadi, tapi Nia mencoba untuk berpositive Thinking. Kebingungan Nia semakin bertambah ketika melihat isi bingkisan itu. Jilbab dan sebuah buku kecil “Muslimah, dimana Identitasmu?” ya, seperti itulah judul bukunya. Nia mencoba membuka buku itu lembar demi lembar, dan akhirnya Nia mengerti kenapa Fikri bersikap seperti itu, dan kenapa Fikri tak mau pacaran. Tak sadar Air mata Nia mulai menetes dan semakin lama semakin deras. Tapi air matanya itu cukup untuk membasahi hatinya yang telah kering selama ini. Sekarang perasaan aneh itu muncul lagi! Tapi sekarang perasaan Aneh itu bukan untuk seorang Fikri. Tapi untuk suatu dzat yang belum bisa Nia pahami.






















Kamis, 06 November 2008

Finding HP
Oleh : Shary

Wuss…! Hm…sejuk sekali, sambil menutup mata aku menikmati semilir angin yang terus menjamah sekujur tubuhku sambil mempermainkan dedaunan disetiap ranting pohon yang berjejer rapi disepanjang jalan. danau buatan disamping kiri-kananku juga terus menebarkan pesonanya. Aku memang agak terperangah menyaksikan keindahan di kampus ini, ditengah carur marut kendaraan dan polusi diluar sana, ternyata disini masih ada ruang untuk bernapas lega, walaupun disini juga banyak bangunan yang tinggi-tinggi, setidaknya keberadaan pohon-pohon ini dapat sedikit mengimbanginya.
Aku terus melangkahkan kaki menyusuri tempat-tempat dikampus yang kata orang adalah Universitas terbesar di indonesia timur, langkahku akhirnya terhenti di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Sekarang tempat ini dibanjiri oleh mahkluk-mahkluk berpakaian putih-hitam, sama dengan warna pakaian yang kukenakan saat ini. Hari ini adalah hari ketiga dari rangkaian prosesi penerimaan Mahasiswa baru Universitas Hasanuddin. Kami dituntun ketempat ini untuk memperkenalkan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada dikampus. Sejenak aku merenung, betapa beruntungnya Aku bisa lulus disini, entah berapa banyak saudara-saudaraku yang menangis diluar sana karena aku berhasil merebut satu kursi dari mereka.
Ya, Aku patut berbangga, setidaknya berbangga pada diriku sendiri dan pada kedua orang tuaku. Tidak sia-sia Aku terus mempertahankan keinginanku pada ayah dan ibu. “kuliah di Kabupaten saja, Makassar itu terlalu besar buat kita, toh dikabupaten juga kamu tetap akan dapat ijazah!” begitu kata Ibu saat aku menyatakan keinginanku untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di kampus ini. Tapi aku tak menyerah, dengan segala cara aku terus berusaha untuk sampai ke Kota ini, bahkan si Bulo, sapi kesayanganku, harus rela kulepaskan demi menutupi biaya-biayaku disini. Akhirnya dengan bantuan pamanku yang bekerja di kota ini, aku berhasil lulus di jurusan tekhnik mesin.
Masih asyik Aku memperhatikan segala kesibukan ditempat ini, tiba-tiba Brukk!!! seketika tubuhku ambruk, map yang berisi beberapa leflet perkenalan fakultas berserakan disekitarku. Seorang laki-laki gondrong menabrakku, sepertinya dia sangat terburu-buru. Diapun hanya mengucapkan maaf tanpa membantuku membereskan isi map yang berserakan, lalu berlari secepat kilat. Dengan wajah yang masih meringis, aku berusaha untuk berdiri dan membereskan barang-barangku yang berserakan. Hari ini aku tidak kembali ke tempat kost, aku lebih memilih menginap dirumah paman untuk beberapa hari.
***
Aku langsung menghempaskan tubuhku kekasur yang hanya muat untuk satu orang ini, tapi kalau pamanku sudah pulang kerja, mau tidak mau aku harus berbagi tempat tidur dengannya. Terkadang aku yang mengalah tidur ditikar atau dia yang mengalah tidur di sofa. Sedangkan masalah makan, kami lebih banyak membeli makanan di warung, maklum paman juga belum berkeluarga. Jadi belum ada seseorang yang memasak buat kami.
Tiba-tiba aku teringat dengan Handphoneku, dari tadi aku belum memeriksanya. Tapi masyaAllah...dimana HPku! Aku memeriksa setiap celah tasku berkali-kali, bahkan kantong baju dan celanaku pun tak luput dari objek raziaku, tapi hasilnya nihil. Keringat dingin mulai bercucuran dikeningku. Ya Allah...bagaimana jika HP itu hilang! HP itu adalah satu-satunya pemberian ibu di detik-detik terakhir keberangkatanku ke kota ini, aku bukannya mengkhawatirkan harganya, tapi nilai historisnya tak mungkin dapat tergantikan oleh apapun “bawalah HP ini, karena hanya inilah yang akan terus menghubungkanmu dengan Ibu” air mataku meleleh mengingat kata-kata terakhir ibu padaku. Untuk mendapatkan HP itu, Ibu bahkan harus menjual cincinnya. Rasa bersalah mulai menyergapku, betapa cerobohnya aku ini.
Malam mulai larut, Tapi mata ini tak bisa terpejam. Jadilah aku hanya menggeliat-geliat di sofa bak ular. malam ini aku membiarkan paman menikmati kasur itu sendiri, dia tampak sangat lelah setelah seharian ditempat kerja. Pikiranku tetap tertuju pada HPku yang entah dimana keberadaanya, Aku bahkan sudah menghubungingi nomorku beberapa kali dengan Handphone paman, tapi tak ada yang menjawabnya. aku mulai mengingat-ingat aktivitasku sebelum sampai dirumah paman, jangan-jangan HP itu terjatuh diperjalanan dari tempat kost ke kampus tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk memulai pencarian esok harinya.
***
Pencarian hari pertama kumulai! Aku memutuskan untuk menyusuri jalan-jalan yang kemarin pernah kulewati. Berawal dari kostan, aku terus memperhatikan setiap sudut jalan bahkan tak jarang memeriksa di bawah rumput-rumput yang agak tinggi. Lama-lama aku berjalan, akhirnya sampai juga di PKM dengan masih membawa segudang kekecawaan. Aku duduk termenung di halte sambil terus memasang wajah yang masih kebingungan.
Didekatku juga duduk seorang laki-laki sedang berpcakap-cakap melalui Handphone, entah apa yang dibicarakannya, tapi dari penampilannya yang mengenakan pakaian putih-hitam, aku langsung tahu kalau dia juga seorang Mahasiswa baru. tapi bukan itu yang membuatku memperhatikannya, Handphone yang digunakannya, sangat mirip dengan HPku. Akh...ada berapa banyak HP seperti itu yang dibuat, pasti bukan hanya aku sendiri yang memilikinya, walaupun begitu, aku tetap bertekad untuk mengusut asal-usul HP itu.
“HPnya bagus ya!” dengan sedikit keberanian dan modal SKSD (Sok kenal sok dekat) aku mulai melancarkan interogasi awal. Orang itu berbalik padaku dan tersenyum
“oh ya!apa istimewanya? Bahkan HP ini sama sekali tak dilengkapi fasilitas kamera dan fasilitas exclusive lainnya, ya, Cuma bisa nelpon dan SMS doang! Lagi pula ini bukan HPku”. Secercah cahaya harapan bersinar dimataku, jangan-jangan dia memang menemukan HP itu terjatuh dijalan, harapku!
“trus!kalau bukan punya kamu, lalu HP itu punya siapa?” tanyaku lagi. Agaknya dia juga heran dengan pertanyaanku yang aneh, biasanya seseorang pada awal perkenalan menanyakan tentang asal-usul orangnya. Tapi aku malah menanyakan tentang HPnya.
“kamu suka HP ini ya! Ini HP ayahku, karena HPku rusak, terpaksa untuk sementara aku pakai HP ini dulu”. Harapan yang tadinya sudah terbangun, kini hancur berkeping-keping. Itu berarti aku harus memulai pencarianku dari awal lagi.
***
Hari kedua, pencarianku kembali berlanjut. Kali ini aku harus memulai pencarian lebih awal, karena jam 07.30 akan ada pengumpulan MABA (Mahasiswa Baru) di fakultas. Sama seperti hari sebelumnya, aku memulai pencarian diperjalanan antara tempat kost dan kampus. Titik pemberhentianku juga sama seperti kemarin, PKM! Tapi tunggu dulu! Sekarang aku berdiri tepat ditempat saat seseorang menabrakku dua hari yang lalu. Ya, laki-laki gondrong itu. Pasti dia yang mencuri HPku. Dikampung aku sangat sering melihat modus seperti itu di TV, pura-pura menabrak korbannya, lalu mengambil barang yang diincarnya tanpa membuat korbannya curiga sedikitpun. Akhirnya sekarang aku sampai pada kesimpulan terakhir. HPku pasti dicuri oleh laki-laki gondrong kemarin.
Aku mempercepat langkahku menuju fakultas dan memutuskan untuk menunda pencarianku, bisa gawat kalau terlambat, aku tak bisa membayangkan wajah-wajah sangar para seniorku, jangan sampai aku memberikan kesan buruk diawal pertemuan. “rapikan barisan kalian” terdengar suara lantang dan serak para senior bagaikan singa yang siap menerkam kami. Karena tak ingin memberikan kesan buruk, akupun mematuhi semua instruksi yang diberikan. Tapi salah satu dari mereka menarik perhatianku, laki-laki gondrong yang sekarang berdiri dihadapanku. Aku ingat! Dialah yang menabrakku kemarin, pikiranku kambali tertuju pada HPku. Ingin sekali aku berteriak maling didepan wajahnya, tapi, duh Gusti...ternyata dia salah satu seniorku. Apa yang harus kulakukan?
Aku mulai memutar otak, bagaimana caranya aku bisa mengambil kembali HPku. Kini malah wajah Ibu yang muncul di pikiranku, dan wajah itu seolah memberikan keberanian yang lebih padaku. Setelah barisan bubar, aku memberanikan diri menghampiri seniorku yang kebetulan sedang duduk sendiri dibawah pohon. Aku rasa ini moment yang paling tepat.
“ka’!tolong kembalikan HPku, itu adalah barang satu-satunya pemberian ibuku” dengan suara yang terbata-bata dan wajah yang terus menunduk, aku mencoba memupuk keberanian yang mulai terkikis.
“Apa kamu bilang?” suara seniorku mulai meninggi.
“kakak kan yang dua hari lalu mengambil HPku! Tolonglah kak!kakak boleh mengambil barangku yang lain, asal jangan HP itu” aku tetap memberanikan diri untuk terus berbicara, demi Ibu.
“jadi kamu menuduhku mencuri HP kamu!” belum sempat aku mengangkat wajah, tiba-tiba bogem mentah sudah mendarat dipipiku. Aku merasakan darah segar mulai menetes dari sudut bibirku. Kepalaku pening dan tubuhku pun ambruk. Aku masih sempat merasakan orang-orang berdatangan dan mengangkatku ke suatu ruangan.


Pengalaman tadi sungguh tak mengenakkan, bukannya dapat HPku yang hilang, malah bogem mentah yang kudapat, belum lagi aku harus memikirkan bagaimana menghadapi seniorku besok. Aku tak akan memberitahu paman masalah ini, aku takut dia akan menyampaikan semuanya pada Orangtuaku dikampung, dan akan membuat mereka khawatir. Biarlah kamar kost ini yang akan menjadi saksi bisu kesakitanku saat ini.
Sayup-sayup kudengar suara kodok dari dalam lemari pakaianku, aku pun mendekatkan telingaku kelemari. Tapi masa iya ada kodok dalam lemari, aku memang meninggalkan kamarku kostku selama aku dirumah paman, tapi aku menguncinya baik-baik, jadi bagaimana mungkin kodok bisa masuk. Aku putuskan membuka pintu lemari untuk memastikan suara itu, Alamak...HPku!!! aku berteriak dan melompat kegirangan. Siapapun yang melihatku sekarang ini, pasti akan menyangka kalau aku gila, tapi aku tak perduli, yang jelas sekarang aku sangat senang. Bahkan rasa sakit dipipiku akibat pukulan seniorku tadi tak terasa lagi. Aku lupa, ternyata dulu aku menyetel nada deringnya mirip suara kodok untuk terus mengingatkanku pada kampung. Dan satu yang harus segera kulakukan, meminta maaf pada seniorku yang telah aku tuduh tidak-tidak. Kuperiksa HPku baik-baik, ternyata ada dua misscall dari Ibu dikampung. Oalah...betapa cerobohnya aku ini.