Finding HP
Oleh : Shary
Wuss…! Hm…sejuk sekali, sambil menutup mata aku menikmati semilir angin yang terus menjamah sekujur tubuhku sambil mempermainkan dedaunan disetiap ranting pohon yang berjejer rapi disepanjang jalan. danau buatan disamping kiri-kananku juga terus menebarkan pesonanya. Aku memang agak terperangah menyaksikan keindahan di kampus ini, ditengah carur marut kendaraan dan polusi diluar sana, ternyata disini masih ada ruang untuk bernapas lega, walaupun disini juga banyak bangunan yang tinggi-tinggi, setidaknya keberadaan pohon-pohon ini dapat sedikit mengimbanginya.
Aku terus melangkahkan kaki menyusuri tempat-tempat dikampus yang kata orang adalah Universitas terbesar di indonesia timur, langkahku akhirnya terhenti di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Sekarang tempat ini dibanjiri oleh mahkluk-mahkluk berpakaian putih-hitam, sama dengan warna pakaian yang kukenakan saat ini. Hari ini adalah hari ketiga dari rangkaian prosesi penerimaan Mahasiswa baru Universitas Hasanuddin. Kami dituntun ketempat ini untuk memperkenalkan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada dikampus. Sejenak aku merenung, betapa beruntungnya Aku bisa lulus disini, entah berapa banyak saudara-saudaraku yang menangis diluar sana karena aku berhasil merebut satu kursi dari mereka.
Ya, Aku patut berbangga, setidaknya berbangga pada diriku sendiri dan pada kedua orang tuaku. Tidak sia-sia Aku terus mempertahankan keinginanku pada ayah dan ibu. “kuliah di Kabupaten saja, Makassar itu terlalu besar buat kita, toh dikabupaten juga kamu tetap akan dapat ijazah!” begitu kata Ibu saat aku menyatakan keinginanku untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di kampus ini. Tapi aku tak menyerah, dengan segala cara aku terus berusaha untuk sampai ke Kota ini, bahkan si Bulo, sapi kesayanganku, harus rela kulepaskan demi menutupi biaya-biayaku disini. Akhirnya dengan bantuan pamanku yang bekerja di kota ini, aku berhasil lulus di jurusan tekhnik mesin.
Masih asyik Aku memperhatikan segala kesibukan ditempat ini, tiba-tiba Brukk!!! seketika tubuhku ambruk, map yang berisi beberapa leflet perkenalan fakultas berserakan disekitarku. Seorang laki-laki gondrong menabrakku, sepertinya dia sangat terburu-buru. Diapun hanya mengucapkan maaf tanpa membantuku membereskan isi map yang berserakan, lalu berlari secepat kilat. Dengan wajah yang masih meringis, aku berusaha untuk berdiri dan membereskan barang-barangku yang berserakan. Hari ini aku tidak kembali ke tempat kost, aku lebih memilih menginap dirumah paman untuk beberapa hari.
***
Aku langsung menghempaskan tubuhku kekasur yang hanya muat untuk satu orang ini, tapi kalau pamanku sudah pulang kerja, mau tidak mau aku harus berbagi tempat tidur dengannya. Terkadang aku yang mengalah tidur ditikar atau dia yang mengalah tidur di sofa. Sedangkan masalah makan, kami lebih banyak membeli makanan di warung, maklum paman juga belum berkeluarga. Jadi belum ada seseorang yang memasak buat kami.
Tiba-tiba aku teringat dengan Handphoneku, dari tadi aku belum memeriksanya. Tapi masyaAllah...dimana HPku! Aku memeriksa setiap celah tasku berkali-kali, bahkan kantong baju dan celanaku pun tak luput dari objek raziaku, tapi hasilnya nihil. Keringat dingin mulai bercucuran dikeningku. Ya Allah...bagaimana jika HP itu hilang! HP itu adalah satu-satunya pemberian ibu di detik-detik terakhir keberangkatanku ke kota ini, aku bukannya mengkhawatirkan harganya, tapi nilai historisnya tak mungkin dapat tergantikan oleh apapun “bawalah HP ini, karena hanya inilah yang akan terus menghubungkanmu dengan Ibu” air mataku meleleh mengingat kata-kata terakhir ibu padaku. Untuk mendapatkan HP itu, Ibu bahkan harus menjual cincinnya. Rasa bersalah mulai menyergapku, betapa cerobohnya aku ini.
Malam mulai larut, Tapi mata ini tak bisa terpejam. Jadilah aku hanya menggeliat-geliat di sofa bak ular. malam ini aku membiarkan paman menikmati kasur itu sendiri, dia tampak sangat lelah setelah seharian ditempat kerja. Pikiranku tetap tertuju pada HPku yang entah dimana keberadaanya, Aku bahkan sudah menghubungingi nomorku beberapa kali dengan Handphone paman, tapi tak ada yang menjawabnya. aku mulai mengingat-ingat aktivitasku sebelum sampai dirumah paman, jangan-jangan HP itu terjatuh diperjalanan dari tempat kost ke kampus tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk memulai pencarian esok harinya.
***
Pencarian hari pertama kumulai! Aku memutuskan untuk menyusuri jalan-jalan yang kemarin pernah kulewati. Berawal dari kostan, aku terus memperhatikan setiap sudut jalan bahkan tak jarang memeriksa di bawah rumput-rumput yang agak tinggi. Lama-lama aku berjalan, akhirnya sampai juga di PKM dengan masih membawa segudang kekecawaan. Aku duduk termenung di halte sambil terus memasang wajah yang masih kebingungan.
Didekatku juga duduk seorang laki-laki sedang berpcakap-cakap melalui Handphone, entah apa yang dibicarakannya, tapi dari penampilannya yang mengenakan pakaian putih-hitam, aku langsung tahu kalau dia juga seorang Mahasiswa baru. tapi bukan itu yang membuatku memperhatikannya, Handphone yang digunakannya, sangat mirip dengan HPku. Akh...ada berapa banyak HP seperti itu yang dibuat, pasti bukan hanya aku sendiri yang memilikinya, walaupun begitu, aku tetap bertekad untuk mengusut asal-usul HP itu.
“HPnya bagus ya!” dengan sedikit keberanian dan modal SKSD (Sok kenal sok dekat) aku mulai melancarkan interogasi awal. Orang itu berbalik padaku dan tersenyum
“oh ya!apa istimewanya? Bahkan HP ini sama sekali tak dilengkapi fasilitas kamera dan fasilitas exclusive lainnya, ya, Cuma bisa nelpon dan SMS doang! Lagi pula ini bukan HPku”. Secercah cahaya harapan bersinar dimataku, jangan-jangan dia memang menemukan HP itu terjatuh dijalan, harapku!
“trus!kalau bukan punya kamu, lalu HP itu punya siapa?” tanyaku lagi. Agaknya dia juga heran dengan pertanyaanku yang aneh, biasanya seseorang pada awal perkenalan menanyakan tentang asal-usul orangnya. Tapi aku malah menanyakan tentang HPnya.
“kamu suka HP ini ya! Ini HP ayahku, karena HPku rusak, terpaksa untuk sementara aku pakai HP ini dulu”. Harapan yang tadinya sudah terbangun, kini hancur berkeping-keping. Itu berarti aku harus memulai pencarianku dari awal lagi.
***
Hari kedua, pencarianku kembali berlanjut. Kali ini aku harus memulai pencarian lebih awal, karena jam 07.30 akan ada pengumpulan MABA (Mahasiswa Baru) di fakultas. Sama seperti hari sebelumnya, aku memulai pencarian diperjalanan antara tempat kost dan kampus. Titik pemberhentianku juga sama seperti kemarin, PKM! Tapi tunggu dulu! Sekarang aku berdiri tepat ditempat saat seseorang menabrakku dua hari yang lalu. Ya, laki-laki gondrong itu. Pasti dia yang mencuri HPku. Dikampung aku sangat sering melihat modus seperti itu di TV, pura-pura menabrak korbannya, lalu mengambil barang yang diincarnya tanpa membuat korbannya curiga sedikitpun. Akhirnya sekarang aku sampai pada kesimpulan terakhir. HPku pasti dicuri oleh laki-laki gondrong kemarin.
Aku mempercepat langkahku menuju fakultas dan memutuskan untuk menunda pencarianku, bisa gawat kalau terlambat, aku tak bisa membayangkan wajah-wajah sangar para seniorku, jangan sampai aku memberikan kesan buruk diawal pertemuan. “rapikan barisan kalian” terdengar suara lantang dan serak para senior bagaikan singa yang siap menerkam kami. Karena tak ingin memberikan kesan buruk, akupun mematuhi semua instruksi yang diberikan. Tapi salah satu dari mereka menarik perhatianku, laki-laki gondrong yang sekarang berdiri dihadapanku. Aku ingat! Dialah yang menabrakku kemarin, pikiranku kambali tertuju pada HPku. Ingin sekali aku berteriak maling didepan wajahnya, tapi, duh Gusti...ternyata dia salah satu seniorku. Apa yang harus kulakukan?
Aku mulai memutar otak, bagaimana caranya aku bisa mengambil kembali HPku. Kini malah wajah Ibu yang muncul di pikiranku, dan wajah itu seolah memberikan keberanian yang lebih padaku. Setelah barisan bubar, aku memberanikan diri menghampiri seniorku yang kebetulan sedang duduk sendiri dibawah pohon. Aku rasa ini moment yang paling tepat.
“ka’!tolong kembalikan HPku, itu adalah barang satu-satunya pemberian ibuku” dengan suara yang terbata-bata dan wajah yang terus menunduk, aku mencoba memupuk keberanian yang mulai terkikis.
“Apa kamu bilang?” suara seniorku mulai meninggi.
“kakak kan yang dua hari lalu mengambil HPku! Tolonglah kak!kakak boleh mengambil barangku yang lain, asal jangan HP itu” aku tetap memberanikan diri untuk terus berbicara, demi Ibu.
“jadi kamu menuduhku mencuri HP kamu!” belum sempat aku mengangkat wajah, tiba-tiba bogem mentah sudah mendarat dipipiku. Aku merasakan darah segar mulai menetes dari sudut bibirku. Kepalaku pening dan tubuhku pun ambruk. Aku masih sempat merasakan orang-orang berdatangan dan mengangkatku ke suatu ruangan.
Oleh : Shary
Wuss…! Hm…sejuk sekali, sambil menutup mata aku menikmati semilir angin yang terus menjamah sekujur tubuhku sambil mempermainkan dedaunan disetiap ranting pohon yang berjejer rapi disepanjang jalan. danau buatan disamping kiri-kananku juga terus menebarkan pesonanya. Aku memang agak terperangah menyaksikan keindahan di kampus ini, ditengah carur marut kendaraan dan polusi diluar sana, ternyata disini masih ada ruang untuk bernapas lega, walaupun disini juga banyak bangunan yang tinggi-tinggi, setidaknya keberadaan pohon-pohon ini dapat sedikit mengimbanginya.
Aku terus melangkahkan kaki menyusuri tempat-tempat dikampus yang kata orang adalah Universitas terbesar di indonesia timur, langkahku akhirnya terhenti di PKM (Pusat Kegiatan Mahasiswa). Sekarang tempat ini dibanjiri oleh mahkluk-mahkluk berpakaian putih-hitam, sama dengan warna pakaian yang kukenakan saat ini. Hari ini adalah hari ketiga dari rangkaian prosesi penerimaan Mahasiswa baru Universitas Hasanuddin. Kami dituntun ketempat ini untuk memperkenalkan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang ada dikampus. Sejenak aku merenung, betapa beruntungnya Aku bisa lulus disini, entah berapa banyak saudara-saudaraku yang menangis diluar sana karena aku berhasil merebut satu kursi dari mereka.
Ya, Aku patut berbangga, setidaknya berbangga pada diriku sendiri dan pada kedua orang tuaku. Tidak sia-sia Aku terus mempertahankan keinginanku pada ayah dan ibu. “kuliah di Kabupaten saja, Makassar itu terlalu besar buat kita, toh dikabupaten juga kamu tetap akan dapat ijazah!” begitu kata Ibu saat aku menyatakan keinginanku untuk mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa baru di kampus ini. Tapi aku tak menyerah, dengan segala cara aku terus berusaha untuk sampai ke Kota ini, bahkan si Bulo, sapi kesayanganku, harus rela kulepaskan demi menutupi biaya-biayaku disini. Akhirnya dengan bantuan pamanku yang bekerja di kota ini, aku berhasil lulus di jurusan tekhnik mesin.
Masih asyik Aku memperhatikan segala kesibukan ditempat ini, tiba-tiba Brukk!!! seketika tubuhku ambruk, map yang berisi beberapa leflet perkenalan fakultas berserakan disekitarku. Seorang laki-laki gondrong menabrakku, sepertinya dia sangat terburu-buru. Diapun hanya mengucapkan maaf tanpa membantuku membereskan isi map yang berserakan, lalu berlari secepat kilat. Dengan wajah yang masih meringis, aku berusaha untuk berdiri dan membereskan barang-barangku yang berserakan. Hari ini aku tidak kembali ke tempat kost, aku lebih memilih menginap dirumah paman untuk beberapa hari.
***
Aku langsung menghempaskan tubuhku kekasur yang hanya muat untuk satu orang ini, tapi kalau pamanku sudah pulang kerja, mau tidak mau aku harus berbagi tempat tidur dengannya. Terkadang aku yang mengalah tidur ditikar atau dia yang mengalah tidur di sofa. Sedangkan masalah makan, kami lebih banyak membeli makanan di warung, maklum paman juga belum berkeluarga. Jadi belum ada seseorang yang memasak buat kami.
Tiba-tiba aku teringat dengan Handphoneku, dari tadi aku belum memeriksanya. Tapi masyaAllah...dimana HPku! Aku memeriksa setiap celah tasku berkali-kali, bahkan kantong baju dan celanaku pun tak luput dari objek raziaku, tapi hasilnya nihil. Keringat dingin mulai bercucuran dikeningku. Ya Allah...bagaimana jika HP itu hilang! HP itu adalah satu-satunya pemberian ibu di detik-detik terakhir keberangkatanku ke kota ini, aku bukannya mengkhawatirkan harganya, tapi nilai historisnya tak mungkin dapat tergantikan oleh apapun “bawalah HP ini, karena hanya inilah yang akan terus menghubungkanmu dengan Ibu” air mataku meleleh mengingat kata-kata terakhir ibu padaku. Untuk mendapatkan HP itu, Ibu bahkan harus menjual cincinnya. Rasa bersalah mulai menyergapku, betapa cerobohnya aku ini.
Malam mulai larut, Tapi mata ini tak bisa terpejam. Jadilah aku hanya menggeliat-geliat di sofa bak ular. malam ini aku membiarkan paman menikmati kasur itu sendiri, dia tampak sangat lelah setelah seharian ditempat kerja. Pikiranku tetap tertuju pada HPku yang entah dimana keberadaanya, Aku bahkan sudah menghubungingi nomorku beberapa kali dengan Handphone paman, tapi tak ada yang menjawabnya. aku mulai mengingat-ingat aktivitasku sebelum sampai dirumah paman, jangan-jangan HP itu terjatuh diperjalanan dari tempat kost ke kampus tadi. Akhirnya aku memutuskan untuk memulai pencarian esok harinya.
***
Pencarian hari pertama kumulai! Aku memutuskan untuk menyusuri jalan-jalan yang kemarin pernah kulewati. Berawal dari kostan, aku terus memperhatikan setiap sudut jalan bahkan tak jarang memeriksa di bawah rumput-rumput yang agak tinggi. Lama-lama aku berjalan, akhirnya sampai juga di PKM dengan masih membawa segudang kekecawaan. Aku duduk termenung di halte sambil terus memasang wajah yang masih kebingungan.
Didekatku juga duduk seorang laki-laki sedang berpcakap-cakap melalui Handphone, entah apa yang dibicarakannya, tapi dari penampilannya yang mengenakan pakaian putih-hitam, aku langsung tahu kalau dia juga seorang Mahasiswa baru. tapi bukan itu yang membuatku memperhatikannya, Handphone yang digunakannya, sangat mirip dengan HPku. Akh...ada berapa banyak HP seperti itu yang dibuat, pasti bukan hanya aku sendiri yang memilikinya, walaupun begitu, aku tetap bertekad untuk mengusut asal-usul HP itu.
“HPnya bagus ya!” dengan sedikit keberanian dan modal SKSD (Sok kenal sok dekat) aku mulai melancarkan interogasi awal. Orang itu berbalik padaku dan tersenyum
“oh ya!apa istimewanya? Bahkan HP ini sama sekali tak dilengkapi fasilitas kamera dan fasilitas exclusive lainnya, ya, Cuma bisa nelpon dan SMS doang! Lagi pula ini bukan HPku”. Secercah cahaya harapan bersinar dimataku, jangan-jangan dia memang menemukan HP itu terjatuh dijalan, harapku!
“trus!kalau bukan punya kamu, lalu HP itu punya siapa?” tanyaku lagi. Agaknya dia juga heran dengan pertanyaanku yang aneh, biasanya seseorang pada awal perkenalan menanyakan tentang asal-usul orangnya. Tapi aku malah menanyakan tentang HPnya.
“kamu suka HP ini ya! Ini HP ayahku, karena HPku rusak, terpaksa untuk sementara aku pakai HP ini dulu”. Harapan yang tadinya sudah terbangun, kini hancur berkeping-keping. Itu berarti aku harus memulai pencarianku dari awal lagi.
***
Hari kedua, pencarianku kembali berlanjut. Kali ini aku harus memulai pencarian lebih awal, karena jam 07.30 akan ada pengumpulan MABA (Mahasiswa Baru) di fakultas. Sama seperti hari sebelumnya, aku memulai pencarian diperjalanan antara tempat kost dan kampus. Titik pemberhentianku juga sama seperti kemarin, PKM! Tapi tunggu dulu! Sekarang aku berdiri tepat ditempat saat seseorang menabrakku dua hari yang lalu. Ya, laki-laki gondrong itu. Pasti dia yang mencuri HPku. Dikampung aku sangat sering melihat modus seperti itu di TV, pura-pura menabrak korbannya, lalu mengambil barang yang diincarnya tanpa membuat korbannya curiga sedikitpun. Akhirnya sekarang aku sampai pada kesimpulan terakhir. HPku pasti dicuri oleh laki-laki gondrong kemarin.
Aku mempercepat langkahku menuju fakultas dan memutuskan untuk menunda pencarianku, bisa gawat kalau terlambat, aku tak bisa membayangkan wajah-wajah sangar para seniorku, jangan sampai aku memberikan kesan buruk diawal pertemuan. “rapikan barisan kalian” terdengar suara lantang dan serak para senior bagaikan singa yang siap menerkam kami. Karena tak ingin memberikan kesan buruk, akupun mematuhi semua instruksi yang diberikan. Tapi salah satu dari mereka menarik perhatianku, laki-laki gondrong yang sekarang berdiri dihadapanku. Aku ingat! Dialah yang menabrakku kemarin, pikiranku kambali tertuju pada HPku. Ingin sekali aku berteriak maling didepan wajahnya, tapi, duh Gusti...ternyata dia salah satu seniorku. Apa yang harus kulakukan?
Aku mulai memutar otak, bagaimana caranya aku bisa mengambil kembali HPku. Kini malah wajah Ibu yang muncul di pikiranku, dan wajah itu seolah memberikan keberanian yang lebih padaku. Setelah barisan bubar, aku memberanikan diri menghampiri seniorku yang kebetulan sedang duduk sendiri dibawah pohon. Aku rasa ini moment yang paling tepat.
“ka’!tolong kembalikan HPku, itu adalah barang satu-satunya pemberian ibuku” dengan suara yang terbata-bata dan wajah yang terus menunduk, aku mencoba memupuk keberanian yang mulai terkikis.
“Apa kamu bilang?” suara seniorku mulai meninggi.
“kakak kan yang dua hari lalu mengambil HPku! Tolonglah kak!kakak boleh mengambil barangku yang lain, asal jangan HP itu” aku tetap memberanikan diri untuk terus berbicara, demi Ibu.
“jadi kamu menuduhku mencuri HP kamu!” belum sempat aku mengangkat wajah, tiba-tiba bogem mentah sudah mendarat dipipiku. Aku merasakan darah segar mulai menetes dari sudut bibirku. Kepalaku pening dan tubuhku pun ambruk. Aku masih sempat merasakan orang-orang berdatangan dan mengangkatku ke suatu ruangan.
Pengalaman tadi sungguh tak mengenakkan, bukannya dapat HPku yang hilang, malah bogem mentah yang kudapat, belum lagi aku harus memikirkan bagaimana menghadapi seniorku besok. Aku tak akan memberitahu paman masalah ini, aku takut dia akan menyampaikan semuanya pada Orangtuaku dikampung, dan akan membuat mereka khawatir. Biarlah kamar kost ini yang akan menjadi saksi bisu kesakitanku saat ini.
Sayup-sayup kudengar suara kodok dari dalam lemari pakaianku, aku pun mendekatkan telingaku kelemari. Tapi masa iya ada kodok dalam lemari, aku memang meninggalkan kamarku kostku selama aku dirumah paman, tapi aku menguncinya baik-baik, jadi bagaimana mungkin kodok bisa masuk. Aku putuskan membuka pintu lemari untuk memastikan suara itu, Alamak...HPku!!! aku berteriak dan melompat kegirangan. Siapapun yang melihatku sekarang ini, pasti akan menyangka kalau aku gila, tapi aku tak perduli, yang jelas sekarang aku sangat senang. Bahkan rasa sakit dipipiku akibat pukulan seniorku tadi tak terasa lagi. Aku lupa, ternyata dulu aku menyetel nada deringnya mirip suara kodok untuk terus mengingatkanku pada kampung. Dan satu yang harus segera kulakukan, meminta maaf pada seniorku yang telah aku tuduh tidak-tidak. Kuperiksa HPku baik-baik, ternyata ada dua misscall dari Ibu dikampung. Oalah...betapa cerobohnya aku ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar